Ada
kertas yang sangat tahan air..
Air
tidak dapat menembus kertas ini..
Kertas
ini tidak rusak meskipun terendam dengan air..
Dalam
keadaan kering, kertas ini dapat bertahan ribuan tahun..
Itulah
“Kertas Abadi” milik bangsa Mesir kuno..
Bangsa
Mesir menyebut kertas abadi ini dengan nama “Papyrus”.
Salah
satu tujuan tour yang saya ikuti hari ini adalah mengunjungi salah satu toko
suvenir di Kairo. Toko ini lumayan besar ukurannya dan bersih
keadaannya. Suvenir-suvenir yang dijual di Toko ini lumayan
lengkap. Dari mulai t-shirt, topi, gantungan kunci, lukisan dan
lain-lain. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah lukisan di
atas kanvas papyrus.
Lukisannya
bagus-bagus. Terutama lukisan khas Mesir yang menggambarkan
aktifitas zaman Mesir kuno. Ada juga lukisan yang bergaya
modern. Tetapi saya lebih tertarik ke kanvas
papyrusnya. Saat itu ada salah satu pegawai toko yang
mendemontrasikan cara pembuatan kanvas papyrus. Kanvas papyrus ini
adalah semacam kertas yang dapat dilukis maupun ditulis. Demo pembuatan kanvas
papyrus seperti ini selalu dilakukan bila ada rombongan turis masuk toko
tersebut.
Mungkin
kata “paper” dalam Bahasa Inggris berasal dari kata “papyrus” ini. Keduanya
sama-sama menjelaskan tentang kertas. Tetapi keistimewaan kanvas
papyrus dibandingkan kertas yang ada saat ini adalah kanvas papyrus ini anti
air. Maksudnya adalah kanvas papyrus ini tidak tembus oleh air dan
tidak rusak karena air. Bangsa Mesir menganggap kanvas papyrus tidak
rusak karena air karena terbuat dari tanaman yang melambangkan keabadian.
Papyrus
berasal dari tanaman yang dinamakan Giant Papyrus – Cyperus
Papyrus. Sejenis tanaman air yang tumbuh dengan tinggi 1 meter
lebih. Daunnya mirip rambut terjurai dan halus lunak. Tanaman ini
tumbuh di lembah dan di tepi sungai Nil. Menurut orang Mesir, tanaman ini hanya
terdapat di Mesir. Tidak heran bila orang Mesir sangat bangga dengan
tanaman Giant Papyrus ini.
Di
zaman Mesir kuno, tanaman ini digunakan bangsa Mesir sebagai sumber makanan,
obat-obatan dan parfum, bahan baku pembuatan keranjang, tali, tikar, kain,
mebel bahkan perahu. Akar dan batang papyrus dapat dimakan sebagai
sayuran. Batang tanaman ini juga dapat digunakan untuk membangun
rumah.
Batang
pohon ini berbentuk segitiga, yang kemudian oleh orang Mesir dijustifikasi
sebagai lambang keabadian karena menyerupai bentuk pyramid. Bila
kita melihat pyramid dari salah satu sisinya, maka pyramid tersebut tampak
berbentuk segitiga. Dan memang cocok… Yang mereka maksud abadi
adalah bangunan pyramid didirikan untuk makam para firaun. Jasad
Firaun-firaun ini tetap utuh dan abadi di dalam pyramid. Selain itu, di
dalam pyramid yang berusia ribuan tahun tersebut, juga ditemukan naskah kuno
yang tertulis di atas kertas papyrus dalam keadaan utuh.
Dalam demo tersebut dipraktekkan cara membuat kertas papyrus. Pertama-tama dimulai dengan mengupas kulit batang tanaman tersebut. Batang-batang tanaman tersebut ditumbuk-tumbuk dengan martil sampai didapat batang tanaman tanpa kulit yang sudah pipih. Batang-batang tanaman yang sudah pipih tersebut disusun sedemikian rupa (seperti dianyam) sehingga berbentuk lembaran kertas. Selanjutnya susunan batang tanaman yang pipih tersebut dipress atau di letakkan di bawah benda dengan beban yang berat. Hal ini dilakukan agar susunan / anyaman papyrus dapat melekat bersatu karena getah lengket yang dikandungnya. Kondisi seperti ini dibiarkan selama 2 minggu sampai kandungan airnya hilang / kering. Semakin lama semakin baik karena kertas papyrus lebih kering lagi. Tetapi semakin lama warna kertas papyrus juga menjadi semakin coklat. Untuk mempercepat pengeringan, papyrus dijemur di bawah terik sinar matahari. Setelah kering dan dirapikan, kertas papyrus tersebut telah siap untuk dilukis ataupun ditulis.
Harga
lukisan di atas kanvas papyrus yang asli dan ada sertifikatnya cukup
mahal. Harga mulai 50 sampai dengan 5000 Pound
Mesir. Sekitar ratusan ribu hingga jutaan Rupiah. Kalikan
saja dengan Rp.2000,- (tahun 2008). Semakin bagus dan semakin besar ukuran
lukisan, maka semakin mahal pula harganya. Mengingat sifat abadi
papyrus tersebut, lukisan papypus ini sangat layak dijadikan sebagai oleh-oleh
maupun pajangan di dinding rumah.
Ber-window
shopping di dalam toko tersebut kurang nyaman bagi saya. Karena ketika
saya jalan keliling di dalam toko untuk menikmati keindahan lukisan-lukisan
tersebut, selalu ada pegawai toko yang mengikuti. Ada anak
muda yang mendekat dan bertanya.. where are you from..? Selanjutnya bertanya
apakah sudah punya kartu? (Kartu apa?) Saya jawab belum. Lalu dia
pergi dan kemudian kembali lagi dengan membawa kartu yang dia
maksud. Ternyata itu adalah kartu pemesanan barang yang mau
dibeli. Jadi bila kita berminat untuk membeli kita tinggal menuliskan
nomor kode lukisan dan jumlah yang dibeli.
Saya
terima saja kartu tersebut meskipun tidak ada maksud untuk membeli. Saya
berharap setelah kartu saya terima, dia akan pergi meninggalkan
saya. Ternyata dia terus mengikuti dan menjelaskan plukisan yang ada
di dekat saya. Rupanya Pegawai toko di Mesir sangat gigih menawarkan
produk tokonya (meski tidak segigih orang India menawarkan
hostel/hotelnya). Dia terus mengikuti saya dan bertanya mau mencari
lukisan seperti apa.
Supaya tidak diikuti terus, saya kembalikan kartu pesanan tersebut dan bilang saya tidak berminat membeli lukisan papyrus. Saya lanjutkan berjalan melihat-lihat lukisan, ternyata dia masih mengikuti. Begitu saya berhenti di satu lukisan, dia langsung mendekati dan menjelaskan lukisan sambil menyodorkan kartu pemesanan itu lagi. Hadeuh...
Supaya tidak diikuti terus, saya kembalikan kartu pesanan tersebut dan bilang saya tidak berminat membeli lukisan papyrus. Saya lanjutkan berjalan melihat-lihat lukisan, ternyata dia masih mengikuti. Begitu saya berhenti di satu lukisan, dia langsung mendekati dan menjelaskan lukisan sambil menyodorkan kartu pemesanan itu lagi. Hadeuh...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar