Pernahkah kita berdoa di depan sebuah toko kecil di mall?
Pernahkan kita berdoa dengan khusyu' di depan sebuah toko kecil di mall?
Pernahkan kita berdoa sambil menangis di depan sebuah toko kecil di mall?
Pernahkah anda melihat puluhan orang berdoa sambil menangis meraung-raung di depan sebuah toko kecil di mall?
Setelah menunggu dan
berputar-putar selama hampir 2 jam, akhirnya rombongan umroh kami berjumlah 20
orang, berhasil masuk ke dalam Masjidil Haram untuk melakukan thawaf. Kami masuk dari pintu khusus jamaah umroh. Orang-orang yang berbaju biasa (tidak mengenakan baju ihram) akan segera ditangkap dan digiring keluar bila mencoba menerobos masuk dari pintu khusus jamaah umroh ini.
Meskipun sedang berlangsung
sholat tarawih (sholat malam tahap ke-1 pada jam 21.00 – 23.00, sebanyak 20
rakaat), halaman Ka’bah penuh orang yang melaksanakan thawaf. Saking
banyaknya orang yang thawaf, rombongan kami terpecah. Ini akibat sebagian
besar anggota rombongan kami tidak mengenakan syal / slayer yang telah
diberikan oleh agen penyelenggara umroh. Jadi kami tidak dapat saling
mengenali anggota rombongan kami di halaman Ka’bah. Apalagi ini adalah hari
pertama kami saling bertemu di Makkah dan ditengah ratusan ribu orang yang
berthawaf.
Thawaf berlangsung dengan lambat
karena ruang gerak yang sangat terbatas. Apalagi ketika mendekati area
garis start sekaligus finish (hajar aswad dan lampu hijau), kami harus berhenti
sebentar. Di area tersebut, bertemu aliran jamaah yang baru masuk halaman
Ka’bah untuk thawaf dengan aliran jamaah yang selesai thawaf dan akan
meninggalkan halaman Ka’bah. Selain itu di sisi pinggir area tersebut
banyak jamaah yang selesai thawaf melakukan sholat thawaf (di depan
Multazam). Dan jangan lupa bahwa di area tersebut (dekat Ka’bah) banyak
jamaah yang berdesak-desakan menunggu antrian mencium Hajar Aswad.
Selesai thawaf, ustad muthawif
kami berhasil mengumpulkan anggota rombongan lagi. Kamipun memulai Sa’i
bersama-sama. Tapi hanya 1 putaran, rombongan pun terpecah
kembali. Saya melakukan Sa’i putaran ke-2 sampai dengan ke-7 hanya
bersama 1 orang teman dari rombongan.
Mendekati “garis finish” Sa’i,
kami agak bingung. Sudah 7 putaran gak ya? Mana yang Bukit Shofa
dan mana yang Bukit Marwa? Begini nih kalau umroh tanpa persiapan yang
matang... (rasanya pengen jedotin kepala sendiri ke bantal). Berdasarkan
bacaan doa di buku saku doa saya, ini sudah sampai doa putaran ke-7. Tapi
kok tidak ada orang yang melakukan tahallul (memotong sebagian rambut) di
sekitar garis finish Sa’i (Bukit Marwa). Memang saya hanya punya rumus
sederhana bahwa untuk menentukan sudah sampai di garis finish Sa’i (Bukit
Marwa). Yaitu di area tersebut pasti ada kegiatan jamaah memotong
sebagian rambut / tahallul..!!!
Seharusnya kami menunggu beberapa
saat di area tersebut, karena masih banyak orang yang melakukan Sa’i.
Tidak lama pasti ada juga yang selesai melakukan Sa’i. Tapi itu tidak
kami lakukan... :p Huhh..! Kami berjalan perlahan menuju ke
arah yang berlawanan (jadi seperti menambah satu lagi putaran Sa’i). Di
ujung perjalanan itu, kami mencari-cari orang yang melakukan tahahllul.
Akhirnya kami menemukan juga dua orang yang saling melakukan tahallul.
Kami segera bergabung, minta dipotong sebagian rambut kami.
Tahallul selesai... Kami bergegas
mencari tempat untuk sholat malam yang segera dimulai. Ketika mau masuk
ke arah masjid (ke arah Ka’bah), ternyata sudah penuh orang. Tidak
terlihat ada tempat kosong. Tempat yang kosong yaa ada di lokasi Sa’i.
Tapi bila kami sholat di situ, pasti akan segera diusir Asykar. Karena
sudah cukup lelah, kami memutuskan untuk mencari tempat lain untuk sholat
dengan melewati sebuah pintu di dekat kami melakukan tahallul.
Sepuluh sampai dua puluh meter
setelah melewati pintu tersebut, kami menyadari bahwa kami telah keluar dari
masjid. Wahh.... salah jalan !!! kalau sudah keluar masjid begini, tidak
ada kemungkinan kami masuk masjid lagi dengan segera dan ikut sholat malam di
masjid.
Bila ingin masuk masjid, kami
harus mengulangi proses masuk masjid pada jam 23.00 tadi, yaitu masuk ke tempat
jamaah umroh. Yaa.. jamaah umroh mendapat prioritas untuk masuk masjid.
Ketika kami berjalan ke arah dan mendekati pintu yang kami masuki tadi, terlihat
akses masuk tertutup dan dijaga Asykar (beberapa hari kemudian kami baru tahu
bahwa akses buat jamaah umroh tetap dibuka secara berkala).
Kemungkinan kedua untuk masuk
masjid adalah menunggu sholat malam selesai. Tapi tujuan kami mau masuk
masjid adalah untuk ikut sholat malam berjamaah. Percuma saja bila kami masuk
masjid tapi sholat malam berjamaah telah usai. Harus segera mencari alternatif
lain.
Saya berjalan ke halaman luar masjid. Pada umroh tahun lalu
(bukan bulan Ramadhan), halaman masjid dipakai untuk sholat fardhu. Tapi
kali ini tidak ada yang sholat di situ. Halaman dipenuhi banyak orang
yang berjalan berseliweran mencari akses masuk ke masjid.
Saya pun menuju ke halaman
mall/plaza/hotel di dekat Zamzam Tower. Sama saja. Halaman depan
mall sudah penuh orang sholat dan diberi tali pembatas. Orang yang mau
membentuk barisan baru maupun menggelar sajadah di sebelah orang sedang sholat,
segera diusir Asykar. Alasannya adalah dapat mempersempit / menutup jalanan
tempat lalu lalang orang.
Saya mencoba untuk masuk ke dalam
mall. Ada orang yang mencoba sholat di dekat pintu mall (semacam pos
jaga) juga kena usir Asykar. Terjadi perdebatan... Tapi hanya
sekedar perdebatan. Tidak akan ada perkelahian. Karena ini tanah
haram. Saya terus berjalan menuju lantai bawah melalui eskalator.
Di gang mall ini saya melihat ada 4 orang sudah sholat di depan toko.
Alhamdulillah.. akhirnya dapat tempat juga.
Saya segera menggelar sajadah
dan bergabung mengikuti sholat malam berjamaah. Toko di depan kami melaksanakan
sholat malam, masih buka dan sedang melayani 2 orang pembeli. Setelah
kami dapat 4 rakaat sholat malam (sholat malam tahap ke-2 berjumlah 10 rakaat +
3 rakaat witir), pemilik / penjaga toko mematikan lampu di tokonya (tapi tidak
menutup tokonya) dan segera bergabung dengan kami untuk sholat malam.
Makin lama, semakin banyak jumlah
orang yang bergabung dengan barisan kami untuk sholat malam. Bahkan baris/shaf
sampai nyambung ke jalan utama di dalam mall ini. Tidak ada Asykar yang
mengusir. Apakah ini bukan wilayah yang harus dijaga Asykar?
Atau para Asykar luput menjaga lantai bawah ini??? Entahlah...
Akhirnya saat yang saya
tunggu-tunggu datang juga. Sholat Witir dan pembacaan Doa
Qunut..!!! Doa Qunut pada sholat malam tahap ke-2 ini berlangsung sangat
lama. Bisa berlangsung antara 30 – 45 menit. Doa Qunut dibacakan Imam
Besar Masjidil Haram, Syeikh Abdurrahman As-Sudais, yang sudah hafal Al-Qur'an
sejak usia 12 tahun. Suara sang Imam
terdengar begitu jelas dan merdu di telinga serta syahdu menyayat kalbu. Intonasi
doa sang Imam yang naik turun turut memainkan emosi jutaan jamaah. Apalagi di bagian tertentu Doa Qunut, sang
Imam juga terbata-bata membaca Doa Qunut sambil menangis.
Hampir semua jamaah sholat malam di tempat itu menangis saat mendengar dan mengamini doa yang dibacakan. Salah satu jamaah di barisan saya, selisih sekitar 3 – 4 orang dengan saya, menangis meraung-raung. Entah dosa apa yang telah dia perbuat, sampai dia menangis begitu keras. Demikian pula jamaah-jamaah lainnya di tempat itu. Terdengar suara-suara parau yang mengucapkan lafadz “AMIN YAA ALLAH..”. Demikian pula suara nafas-nafas yang tersengguk-sengguk menahan tangis. Dan itu semua terjadi di depan sebuah toko pakaian kecil di sudut salah satu mall di Makkah.
Hampir semua jamaah sholat malam di tempat itu menangis saat mendengar dan mengamini doa yang dibacakan. Salah satu jamaah di barisan saya, selisih sekitar 3 – 4 orang dengan saya, menangis meraung-raung. Entah dosa apa yang telah dia perbuat, sampai dia menangis begitu keras. Demikian pula jamaah-jamaah lainnya di tempat itu. Terdengar suara-suara parau yang mengucapkan lafadz “AMIN YAA ALLAH..”. Demikian pula suara nafas-nafas yang tersengguk-sengguk menahan tangis. Dan itu semua terjadi di depan sebuah toko pakaian kecil di sudut salah satu mall di Makkah.
Meskipun saya tidak dapat
berbahasa Arab, namun saya bisa menangis juga pada saat itu. Selain
terbawa suasana, sedikit-sedikit saya paham maksud doa ketika sang Imam
menyebutkan kata “Maut”, “Sakaratul Maut”, “Khusnul Khotimah”, “Naar”,
“Jahanam”, “Waliwalidayni”, “Imaan” dll.
Jumlah orang yang berada di
sekitar Masjidil Haram pada malam 27 Ramadhan sangat luar biasa banyak. Sekitar
2,5 – 4,5 juta orang, bahkan ada yang bilang 7 juta orang. Masjidil
Haram tidak mampu menampung jamaah sebanyak itu. Bila di 10 malam
terakhir Ramadhan, anda tidak dapat masuk ke dalam Masjidil Haram atau tidak
dapat tempat sholat malam di halaman masjid, pergi dan masuklah ke dalam mall
di depan Masjidil Haram. Anda dapat melakukan sholat malam dengan tenang
di sana. Bahkan Mall di Zamzam Tower yang mewah itu menyediakan bagian
tengah-tengah mall mereka sebagai tempat untuk sholat malam berjamaah.
Tapi tolong dicek dulu, apakah itu hanya tersedia untuk tamu hotel atau untuk
pengunjung juga... :)
Tapi memang sih, anda tidak akan
mendapatkan pahala kelipatan 100.000 seperti jika melakukan sholat di Masjidil Haram.
How to Bet on the NFL - Wales, Wales, Ireland, - WORRione
BalasHapusThe easiest way to bet on the NFL in Wales and the best betting sites. Learn all you need to know 1xbet about NFL 바카라 사이트 odds, betting lines and deccasino point spreads