Rabu, 20 Juli 2016

SAUDI - Qiyammul Lail 27 Ramadhan di Makkah






Pernahkah kita berdoa di depan sebuah toko kecil di mall?
Pernahkan kita berdoa dengan khusyu' di depan sebuah toko kecil di mall?
Pernahkan kita berdoa sambil menangis di depan sebuah toko kecil di mall?
Pernahkah anda melihat puluhan orang berdoa sambil menangis meraung-raung di depan sebuah toko kecil di mall?


Setelah menunggu dan berputar-putar selama hampir 2 jam, akhirnya rombongan umroh kami berjumlah 20 orang, berhasil masuk ke dalam Masjidil Haram untuk melakukan thawaf.  Kami masuk dari pintu khusus jamaah umroh.  Orang-orang yang berbaju biasa (tidak mengenakan baju ihram) akan segera ditangkap dan digiring keluar bila mencoba menerobos masuk dari pintu khusus jamaah umroh ini.


Meskipun sedang berlangsung sholat tarawih (sholat malam tahap ke-1 pada jam 21.00 – 23.00, sebanyak 20 rakaat), halaman Ka’bah penuh orang yang melaksanakan thawaf.  Saking banyaknya orang yang thawaf, rombongan kami terpecah.  Ini akibat sebagian besar anggota rombongan kami tidak mengenakan syal / slayer yang telah diberikan oleh agen penyelenggara umroh.  Jadi kami tidak dapat saling mengenali anggota rombongan kami di halaman Ka’bah. Apalagi ini adalah hari pertama kami saling bertemu di Makkah dan ditengah ratusan ribu orang yang berthawaf.


Thawaf berlangsung dengan lambat karena ruang gerak yang sangat terbatas.  Apalagi ketika mendekati area garis start sekaligus finish (hajar aswad dan lampu hijau), kami harus berhenti sebentar.  Di area tersebut, bertemu aliran jamaah yang baru masuk halaman Ka’bah untuk thawaf dengan aliran jamaah yang selesai thawaf dan akan meninggalkan halaman Ka’bah.  Selain itu di sisi pinggir area tersebut banyak jamaah yang selesai thawaf melakukan sholat thawaf (di depan Multazam).  Dan jangan lupa bahwa di area tersebut (dekat Ka’bah) banyak jamaah yang berdesak-desakan menunggu antrian mencium Hajar Aswad.


Selesai thawaf, ustad muthawif kami berhasil mengumpulkan anggota rombongan lagi.  Kamipun memulai Sa’i bersama-sama.  Tapi hanya 1 putaran, rombongan pun terpecah kembali.  Saya melakukan Sa’i putaran ke-2 sampai dengan ke-7 hanya bersama 1 orang teman dari rombongan.


Mendekati “garis finish” Sa’i, kami agak bingung.  Sudah 7 putaran gak ya?  Mana yang Bukit Shofa dan mana yang Bukit Marwa? Begini nih kalau umroh tanpa persiapan yang matang... (rasanya pengen jedotin kepala sendiri ke bantal).  Berdasarkan bacaan doa di buku saku doa saya, ini sudah sampai doa putaran ke-7.  Tapi kok tidak ada orang yang melakukan tahallul (memotong sebagian rambut) di sekitar garis finish Sa’i (Bukit Marwa).  Memang saya hanya punya rumus sederhana bahwa untuk menentukan sudah sampai di garis finish Sa’i (Bukit Marwa).  Yaitu di area tersebut pasti ada kegiatan jamaah memotong sebagian rambut / tahallul..!!!


Seharusnya kami menunggu beberapa saat di area tersebut, karena masih banyak orang yang melakukan Sa’i.  Tidak lama pasti ada juga yang selesai melakukan Sa’i.  Tapi itu tidak kami lakukan... :p  Huhh..!  Kami berjalan perlahan menuju ke arah yang berlawanan (jadi seperti menambah satu lagi putaran Sa’i).  Di ujung perjalanan itu, kami mencari-cari orang yang melakukan tahahllul.  Akhirnya kami menemukan juga dua orang yang saling melakukan tahallul.  Kami segera bergabung, minta dipotong sebagian rambut kami. 


Tahallul selesai... Kami bergegas mencari tempat untuk sholat malam yang segera dimulai.  Ketika mau masuk ke arah masjid (ke arah Ka’bah), ternyata sudah penuh orang.  Tidak terlihat ada tempat kosong.  Tempat yang kosong yaa ada di lokasi  Sa’i.  Tapi bila kami sholat di situ, pasti akan segera diusir Asykar.  Karena sudah cukup lelah, kami memutuskan untuk mencari tempat lain untuk sholat dengan melewati sebuah pintu di dekat kami melakukan tahallul.  


Sepuluh sampai dua puluh meter setelah melewati pintu tersebut, kami menyadari bahwa kami telah keluar dari masjid.  Wahh.... salah jalan !!! kalau sudah keluar masjid begini, tidak ada kemungkinan kami masuk masjid lagi dengan segera dan ikut sholat malam di masjid.   


Bila ingin masuk masjid, kami harus mengulangi proses masuk masjid pada jam 23.00 tadi, yaitu masuk ke tempat jamaah umroh.  Yaa.. jamaah umroh mendapat prioritas untuk masuk masjid. Ketika kami berjalan ke arah dan mendekati pintu yang kami masuki tadi, terlihat akses masuk tertutup dan dijaga Asykar (beberapa hari kemudian kami baru tahu bahwa akses buat jamaah umroh tetap dibuka secara berkala). 


Kemungkinan kedua untuk masuk masjid adalah menunggu sholat malam selesai.  Tapi tujuan kami mau masuk masjid adalah untuk ikut sholat malam berjamaah. Percuma saja bila kami masuk masjid tapi sholat malam berjamaah telah usai. Harus segera mencari alternatif lain.  


Saya berjalan ke halaman luar masjid.  Pada umroh tahun lalu (bukan bulan Ramadhan), halaman masjid dipakai untuk sholat fardhu.  Tapi kali ini tidak ada yang sholat di situ.  Halaman dipenuhi banyak orang yang berjalan berseliweran mencari akses masuk ke masjid.

Saya pun menuju ke halaman mall/plaza/hotel di dekat Zamzam Tower.  Sama saja.  Halaman depan mall sudah penuh orang sholat dan diberi tali pembatas.  Orang yang mau membentuk barisan baru maupun menggelar sajadah di sebelah orang sedang sholat, segera diusir Asykar.  Alasannya adalah dapat mempersempit / menutup jalanan tempat lalu lalang orang.


Saya mencoba untuk masuk ke dalam mall.  Ada orang yang mencoba sholat di dekat pintu mall (semacam pos jaga) juga kena usir Asykar.  Terjadi perdebatan...  Tapi hanya sekedar perdebatan.  Tidak akan ada perkelahian.  Karena ini tanah haram.  Saya terus berjalan menuju lantai bawah melalui eskalator.  Di gang mall ini saya melihat ada 4 orang sudah sholat di depan toko.  Alhamdulillah.. akhirnya dapat tempat juga.   


Saya segera menggelar sajadah dan bergabung mengikuti sholat malam berjamaah.  Toko di depan kami melaksanakan sholat malam, masih buka dan sedang melayani 2 orang pembeli.  Setelah kami dapat 4 rakaat sholat malam (sholat malam tahap ke-2 berjumlah 10 rakaat + 3 rakaat witir), pemilik / penjaga toko mematikan lampu di tokonya (tapi tidak menutup tokonya) dan segera bergabung dengan kami untuk sholat malam. 


Makin lama, semakin banyak jumlah orang yang bergabung dengan barisan kami untuk sholat malam. Bahkan baris/shaf sampai nyambung ke jalan utama di dalam mall ini.  Tidak ada Asykar yang mengusir.  Apakah ini bukan wilayah yang harus dijaga Asykar?   Atau para Asykar luput menjaga lantai bawah ini??? Entahlah...


Akhirnya saat yang saya tunggu-tunggu datang juga.  Sholat Witir dan pembacaan Doa Qunut..!!!  Doa Qunut pada sholat malam tahap ke-2 ini berlangsung sangat lama.  Bisa berlangsung antara 30 – 45 menit. Doa Qunut dibacakan Imam Besar Masjidil Haram, Syeikh Abdurrahman As-Sudais, yang sudah hafal Al-Qur'an sejak usia 12 tahun.  Suara sang Imam terdengar begitu jelas dan merdu di telinga serta syahdu menyayat kalbu.  Intonasi doa sang Imam yang naik turun turut memainkan emosi jutaan jamaah.  Apalagi di bagian tertentu Doa Qunut, sang Imam juga terbata-bata membaca Doa Qunut sambil menangis.  


Hampir semua jamaah sholat malam di tempat itu menangis saat mendengar dan mengamini doa yang dibacakan.  Salah satu jamaah di barisan saya, selisih sekitar 3 – 4 orang dengan saya, menangis meraung-raung.  Entah dosa apa yang telah dia perbuat, sampai dia menangis begitu keras.   Demikian pula jamaah-jamaah lainnya di tempat itu.  Terdengar suara-suara parau yang mengucapkan lafadz “AMIN YAA ALLAH..”.  Demikian pula suara nafas-nafas yang tersengguk-sengguk menahan tangis.  Dan itu semua terjadi di depan sebuah toko pakaian kecil di sudut salah satu mall di Makkah.


Meskipun saya tidak dapat berbahasa Arab, namun saya bisa menangis juga pada saat itu.  Selain terbawa suasana, sedikit-sedikit saya paham maksud doa ketika sang Imam menyebutkan kata “Maut”, “Sakaratul Maut”, “Khusnul Khotimah”, “Naar”, “Jahanam”, “Waliwalidayni”, “Imaan” dll.


Jumlah orang yang berada di sekitar Masjidil Haram pada malam 27 Ramadhan sangat luar biasa banyak.  Sekitar 2,5 – 4,5 juta orang, bahkan ada yang bilang 7 juta orang.  Masjidil Haram tidak mampu menampung jamaah sebanyak itu.  Bila di 10 malam terakhir Ramadhan, anda tidak dapat masuk ke dalam Masjidil Haram atau tidak dapat tempat sholat malam di halaman masjid, pergi dan masuklah ke dalam mall di depan Masjidil Haram.  Anda dapat melakukan sholat malam dengan tenang di sana.  Bahkan Mall di Zamzam Tower yang mewah itu menyediakan bagian tengah-tengah mall mereka sebagai tempat untuk sholat malam berjamaah.  Tapi tolong dicek dulu, apakah itu hanya tersedia untuk tamu hotel atau untuk pengunjung juga... :)


Tapi memang sih, anda tidak akan mendapatkan pahala kelipatan 100.000 seperti jika melakukan sholat di Masjidil Haram. 

1 komentar:

  1. How to Bet on the NFL - Wales, Wales, Ireland, - WORRione
    The easiest way to bet on the NFL in Wales and the best betting sites. Learn all you need to know 1xbet about NFL 바카라 사이트 odds, betting lines and deccasino point spreads

    BalasHapus